Real Madrid, Uuy, dan Bangkitnya Mojok
Tanggal
4 Juni 2017 akan selalu diingat oleh fans Real Madrid sepanjang hidup mereka.
Saat wasit meniupkan peluit panjangnya di Stadion Millenium, Cardiff, Wales,
mereka menorehkan sejarah. Yaa, Real adalah klub eropa pertama yang sukses
back-to-back juara Liga Champions. Sejak format baru digulirkan pada tahun
1992. Dengan kemenangan mutlak 4-1 atas Juventus, Real ditasbihkan menjadi klub
tersukses sepanjang masa.
Euforia
itu benar-benar saya rasakan – meskipun saya fans Manchester United – bahkan ketika
asyik berselancar di dunia luna maya. Berita-berita tentang kesuksesan
Real Madrid menghiasi jendela Instagram, Facebook, hingga friendster saya.
Obrolan di di kampus, angkringan, bahkan saat tadarusan di musholla isinya
tentang Madrid semua.
Namun
sayang sejuta sayang, ditulisan ini saya tidak akan terlalu jauh membahas
tentang keberhasilan Zinedine Zidane feat
kolega menjuarai Liga Champions berturut-turut.Saya
sangat sadar. Itu akan menyakitkan hati Asisqo Alqoroni alias bang Uuy, si
wartawan Kompas Kampus junjunganque. Maklum, si Uuy adalah Decul -Dedek Cules-
yang pastinya bakal memvonis haram apapun yang terkait dengan El Real.
Begini khalayak. Media sosial yang
kadung disesaki berita tentang Final Liga Champions membuat saya terus menggalinya
lebih dalam. Ketika asyik men-scroll gawai, ada salah satu kakak tingkat saya
semasa SMA yang men-share tulisan dari sebuah web. Namanya kaq Hilmun. Setelah
melihat dengan seksama, mata saya terbelalak.
Wasyu ! tulisan itu dari Mojok.co !
Sedikit Nostalgia, dengan hati yang
begitu kesal dan sedih saya harus merelakan kepergian Mojok.co dari peredaran.
28 Maret 2017 adalah hari Selasa. Eh maksud saya hari itu adalah hari dimana Om
Puthut EA, Kepala Suku Mojok.co beserta kolega memutuskan untuk menutup kanal
online Mojok. Sungguh hal itu sangat mengecewakan bagi pembaca setia mojok
seperti saya. Lebih mengecewakan daripada ditinggal tidur sang pacar. Hmm
talah.
Om Puthut, Gus Mul, dan Kakaq-kakaq redaktur Mojok, yang kalian
lakukan ke aku itu…..JAHAT !
Alasan kenapa Mojok ngukut masih menjadi pertanyaan bagi
saya. Di dalam tulisan perpisahannya, Sang Kepala Suku mengungkapkan ada
beberapa hal yang membuat dirinya beserta keluarga besar Mojok memutuskan untuk
menutup lapak mereka. Salah satunya dari tulisan perpisahan yang dituliskan Om
Puthut.
Menurutnya, ada beberapa kondisi
dimana ia tidak nyaman lagi untuk terus membuka lapak Mojok. Suatu ketika ia
diprotes oleh beberapa pihak yang menganggap Mojok keterlaluan mebahas suatu
isu yang bersangkutan dengan kepentingan mereka. Hingga membuat mereka merasa
tersinggung.
Namun karena Mojok memposisikan
dirinya sebagai media alternatif yang membahas isu-isu yang sedang berkembang
membuat tulisan yang telah dimuat tidak ada masalah. Selama tidak bertentangan
dengan tagline “Sedikit Nakal Banyak Akal” serta berpedoman kepada Kode Etik
Jurnalistik, sah-sah saja setiap penulis mengirimkan tulisannya ke Mojok.
Lalu, Om Puthut mengatakan ia
dihubungi dua orang yang tak dikenalnya. Kedua orang tersebut ingin mengajaknya
untuk bertemu, membahas tulisan tentang isu yang masih saja dibahas oleh Mojok.
Karena kepribadiannya yang engan menemui orang tak dikenal, ia mengindahkan
ajakan itu. Ia mengutus Abang Edo, Pemimpin Redaksi Mojok untuk menemui kedua
orang itu.
Teror tak henti menghinggapi Mojok. Di
tengah-tengah tulisan, ia mengungkapkan Kantor Mojok sempat “dihadiahi” kepala
kambing yang berlumuran darah. Hal yang sangat memalukan dan menjijikkan. Akhirnya
pertemuan dilakukan oleh Om Puthut dan “orang suruhan” pihak tidak dikenal itu.
Atas pesan tuannya, mereka mengungkapkan ingin membeli Mojok. Namun ditolak
mentah-mentah oleh Om Puthut. Baginya, Mojok bukanlah sebuah barang yang
seenaknya dijual.
Dengan hati yang sangat berat –
setidaknya itu menurut saya – akhirnya Om Puthut memilih untuk menutup Mojok.
Hal tersebut tentu sangat mengagetkan para kru Mojok waktu itu. Lha wong tidak
ada hujan tidak angin, Om Puthut moro-moro mau nutup web yang telah terlanjur
hits. Mungkin dalam hatinya berkecambuk. Bakal berapa liter kubik air mata yang
tumpah ketika Mojok buyar. Hiks.
Namun pernyataan Om Puthut itu tetap
saja mengganjal hati saya. Pasalnya diakhir tulisan ia berujar ,“O ya, pembaca yang budiman. Saya hanya
mau mengingatkan kepada Anda, pada dasarnya saya memiliki dua hal penting.
Pertama, saya adalah penulis fiksi. Kedua, saya suka rahasia. Kisah di atas
tentu saja fiktif, dan biarkanlah rahasia tetap menjadi rahasia karena saya
menyukai rahasia” Kntl skl km Om !
Nasi sudah menjadi bubur. Sampai
tukang bubur naik haji, saya tetap saja menyesalkan keputusan yang telah dibuat
Mojok. Mereka semua jahat ! Tidakkah mereka berfikir, media bernas seperti
Mojok dibiarkan mati tergelatak dan takut akan ancaman pihak-pihak bejat. Sebagai
seorang penulis kacangan, tentu hal itu sangat menyakitkan. Terlebih, saya
belum terbiasa membaca buku dan masih suka membaca tulisan kritik dengan gaya satire. Asyu !
Namun tak butuh waktu lama. Tapi sebelumnya,
saya ucapkan terimakasih kepada Real Madrid atas kemenangannya yang membuat
banyak media meliputmu. Sehingga membuatku terus membuka gawaiku mengikuti
beritamu. Terima kasih kaq Hilmun yang telah men-share tulisan dari Mojok.
Karenamu, hari-hariku kembali ceria. Asique.
Tanggal 6 Juni 2017 menjadi tanggal
CLBK kami. Hari itu juga seluruh tulisan yang ada di Mojok mulai reborn sampai moncrot
saya baca dengan lahap. Kurasa ku telah dimabuk cinta. Nikmatnya kini ku dimabuk
cinta. Eh malah nyanyi wqwq. Sebuah kenikmatan yang haqiqi.
Namun sejatinya dari terbitan
instagram dengan akun @Mojokdotco tanggal 19 Mei baru saya tau mojok sudah
mulai aktif bulan Mei. Hanya satu bulan mati suri. Waktu yang sangat lama bagi
kanal online bernas macam Mojok untuk mengasingkan diri.
Tak ada alasan yang jelas mengapa saya
lebih suka membaca tulisan-tulisan di Mojok daripada buku-buku tebal karya
penulis terkenal. Ihwal yang mendasari kenapa saya suka mungkin karena tulisan
itu satire. Lucu, menggelitik, tapi sangat pedas di hati pembaca. Tulisan ini –
setidaknya menurut saya (2) – membutuhkan skill lebih dalam menulis. Penulis
dituntut memiliki wawasan yang luas terkait isu yang ditulis. Selain itu,
kelihaian mengolah kata menjadi kontji. Sebab, kalau tulisan satire gak ada
lucu-lucunya, ya baliko mas !
Sebenarnya, kebangkitan Mojok dari
pengasingannya ini menjadi dua mata pisau yang berbeda. Di satu sisi, saya
bahagia seperti euphoria Real Madrid dengan fansnya. Tapi di sisi lain, saya
kecewa dengan Mojok. Sama seperti Uuy kecewa bukan Barcelona yang menjadi juara
Liga Champions.
Bahagia karena pada akhirnya Mojok
bisa menemani malam-malam sepi saya. Kebiasaan membaca Mojok sebelum tidur
kembali menjadi rutinitas. Namun, saya juga kecewa. Tulisan saya tidak pernah
diterima Gus Mul. Alias gak pernah nongol di Mojok.co. hmm.
Iya gak pernah diterima. Lha wong saya
gak pernah ngirim tulisan ke redaksi Mojok. Wakwaw !

Tidak ada komentar: