Bergurulah Ke Padepokan Joko Manunggal, Ut !
Sebagai seorang kawan, sekalikhus kompetitor di ranah
organisasi pers mahasiswa. Perlu saya sampaikan kebahagiaan dan kesedihan yang
begitu mendalam setelah membaca tulisanmu, Ut. Bahagia melihat kau semangat
lagi “bekerja untuk keabadiaan” a la
Eyang Pram. Tak perlu penjelasan lagi ihwal ini. Unch-unch alafyu.
Namun diantara jutaan bahagia yang
terlukis mesra. Muncul setitik syedih
yang sangat ketara. Ini bagaikan peribahasa, “Nila setitik, rusak susu satu
pabrik”. Rugi Bosku.
Lha wong bagaimana gak mau sedih. Si
Asisqo Al Qoroni alias Uut ini direndahkan martabatnya oleh kakak, adik, dan
teman seperjuangan pena di organisasi. Hanya gara-gara dia memilih untuk men-jomblo-kan
diri. Padahal Si Uut ini Padahal kan
wartawan KompasKampus junjunganku. Kurang piknik mereka tuh!.
“Lantas, dimana letak permasalahannya?
Kan sudah saya jawab semua pertanyaan di tulisan saya,” Tanya Uut di dalam
lubuk hatinya ketika membaca tulisan ini.
Yaps, saya akan menjawabnya kisanak!
Seperti yang kamu katakan, jawabnya ada di ujung langit, Ut. Kali ini saya tak
akan mengajak anak yang tangkas dan juga pemberani untuk ke ujung langit lho,
Ut. Bukan juga naik Buroq apalagi Naga Indosiar lho ya. Aku kesana lewat mimpi kok, huehehe.
Jadi setelah mendapatkan banyak
pencerahan dari Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Bercanda, sebenarnya ada dua
hal yang menjadi masalahmu. Mari kita bedah satu per satu terlebih dahulu.
Menjadi
Jomblo Fii Sabilillah
Sebenarnya Tuhan sedikit bingung
ketika akan menyampaikan masalah yang satu ini. Ia bingung denganmu, Ut.
Ganteng iya, putih iya, tinggi iya, Sholeh iya, rajin menabung dan tidak
sombong pula. Lha ndilalah, pacar kok
gak punya. Aiwaaaa.
“Loh di dalam agama kan sudah jelas.
Tuhan pun yang melarang seorang laki-laki berhubungan dengan perempuan sebelum
sah diantara keduanya?” Jawab Uut memotong pembicaraan saya.
Saya hanya bisa mengelus-elus dada dan
membatin, “Sabar bosku. Aku gorong
mari jelasno. Hmmtalah”.
Jadi begini saudara, saya memang
sepakat bahwa pacaran tidak diatur dalam urusan agama (baca: Islam). Menjadi Jomblo Fii Sabilillah pun tidak ada
larangannya. Tanpa dalil shahih pun
saya sepakat. Namun tabiat dan gelagatmu menunjukkan hal yang membuat saya
bergeleng-geleng kepala tanda tak mengerti.
Sejak isu hubungan percintaanmu dengan
kawan sekret sebelah (baca: Sekretaris Umum UKM-K Dolanan FTP UJ 2017-2018)
berhembus. Tidak ada niatan serius darimu untuk menuntaskan kasus ini. Sampai
isu penistaan agama yang dilakukan Ahok
selesai pun, tak ada tanda-tanda isu yang menyangkut dirimu akan selesai pula.
Fyi nih, bagi kalian yang masih
bertanya-tanya siapa cewek yang beruntung digosipkan dengan Uut. Cari aja
jawabannya di ujung langit. Insyaallah
varoka.
Lanjut. Pun halnya ketika kamu
mengungkapkan pledoi-pledoi ngehe di
tulisanmu. Tak ada solusi bernas untuk menyelesaikan kasusmu itu. Dirimu malah
memberikan statement untuk
menggunakan Pasal 335 KUHP saat diejek tak punya pacar. Ini semacam memberi solusi
dengan cara mengencingi, menabrak, lalu membakar lawan. Waduh biyung, berat bosku.
Mbok
ya toh dihadapi
masalahmu dengan gentle. Kalau memang
dirimu memang benar-benar tidak mempunyai hubungan dengan Si Dia, ungkapkan
saja dengan elegan. Ajak kawan-kawan yang nyinyir denganmu untuk bertemu dengan
Si Dina. Eh maksud saya Dia. Klarifikasi semua kabar miring yang terlanjur
dimakan mentah-mentah publik. Kalau perlu rekam kejadian itu sebagai bukti.
Masih ingat kan tameng wartawan macam kita supaya tidak keder menghadapi birokrat kampus yang menindasnya masyaallah itu? Yak betul, Bukti (data).
Bukti-bukti lebih dari tivi, boom!!!
Gitu kok mau jadi Jomblo Fii Sabilillah kamu bosku. Hmm.
Tapi jangan sampai kamu membenci
mereka yang nyinyir dengan ke-jomblo-an-mu, Ut. Bisa jadi mereka memang berniat
untuk membuatmu lebih baik. Sacara tidak langsung sich, saya-pun ada di kubu mereka, hehe. Tujuanku baik kok, agar
kau menjadi pribadi yang lebih keren.
Begini saya jelaskan. Jadi, menurut
Al-mukarrom Ustadz Puthut EA dari Masjid Al-Mojok, blio berpendapat bahwa
hubungan antara laki-laki dan perempuan yang akan menikah tidak hanya sebatas
untuk mereka. Selain itu, ini akan menjadi pertemuan sakral antara kedua
keluarga, yang bisa jadi berbeda kultur, agama, dan budaya.
Jadi hematnya, menurut Al-Mukarrom
Ustadz Puthut EA memilih pasangan sama saja dengan memilih calon mertua. Bila
kamu tidak mecoba ber-tabayyun dengan
cara mendekati wanita, niscaya masa depanmu akan penuh misteri dan liku, Ut. Setidaknya
ketika sudah mengenal satu perempuan
dengan baik, kemudian melanjutkan kepada keluarganya, kamu akan mendapatkan
gambaran seperti apa kehidupan berkeluargamu nanti. Pacaran tak melulu soal
gandengan, pelukan, apalagi ciuman! Ambil sisi positif dari hal tersebut.
Setidaknya, Dina Dia semacam menjadi pelecut semangatmu untuk masa depan
yang lebih cerah. Betul tak, Upin, Ipin?
Betul betul betul. Naisss!
Hal
Absurd Diantara Masalahmu, Kaq Chelsea, dan Hary Tanoe
Kawan yang baik adalah ia yang
membicarakan keburukan dihadapanmu serta bicara baik tentangmu kepada orang
lain. Oleh sebab itu, izinkan saya berkata, “Jancuk! Ngehe kamu cuk! Tulisanmu taek! Sok-sokan lu! Conang ae gaiso,
kok mentolo maen lapor-melapor-no, asyu!”.
Yak benar. Ada beberapa hal yang perlu
dan harus saya kritisi. Sebagaimana kita sering berdiskusi soal redaksi. Ada
dua hal yang akan saya ungkapkan. Editing bahasa dan editing konten.
Pertama terkait editing bahasa. Hal penting
yang perlu diketahui penulis adalah soal pemakaian kata, kalimat, tanda baca,
dan sebagainya di dalam sebuah tulisan. Semisal pemakaian tanda baca Tanya (?)
tak perlu di space. Serta masih ada
beberapa kata yang masih typo alias
salah. Untuk hal ini, kita bisa diskusikan bersama sembari menyeruput kopi di
senja hari.
Lanjut Yok. Masalah kedua terkait
dengan editing konten. Ini masalah krusial bagi para penulis. Utamanya penulis
kacangan kek akuh. Yang pertama,
pemilihan kata dalam rangkaian kalimat adalah hal super penting yang patut kita
perhatikan. Layaknya wanita yang bersolek sangat cantik untuk menemui pujaan
hati, penulis pun harus mampu membuat kalimat dari paragraf ke paragraf menjadi
ciamik nan aduhai. Bukan-kah kita senang kalau pembaca mau membaca mahakarya yang kita tulis?
Di dalam tulisanmu yang dapat
tergolong satire ini, kamu belum
mampu mengajak pembaca untuk benar-benar membayangkan apa yang kamu rasakan.
Iya kalau aku bisa sich, tapi kalau yang baca Presiden Jokowi? Alih-alih
bangga, kamu malah dibuatnya merana karena tidak berhasil dihadiahi sepeda. Kan syedih. Huhuhuhu.
Hal yang juga harus saya kritisi
adalah sikap main klaim-mu terhadap pernyataan Bastian Steel dan Kaq Chelsea (FC)
Islan yang berpacaran. Hah? What the fuck
man! Tidak sudi saya cantik-que Kaq Chelsea diambil si Babas anak terong-terongan
itu. Fyuhh. Si Uut ini nonton infotainment di
TVOne kali yak, memang beda!
Sebagai salah satu koordinator lapang AKSI BELA ISLAN Jilid 212, saya
menolak dengan keras isu murahan ini. Bagi saya Kaq Chelsea adalah idaman
segala pria. Oleh sebab itu, maka apa yang dilontarkan Uut ini sangat tidak
berperi-kewarasan dan ber-mimi-mimi peri! Saya pun malah menganggap jokes ini sebagai sebuah kegagalan makna “wqwq tjang hqq”.
Tolak terong-terongan, Hidup Chelsea Islan! #SentilforIslan
Njut Gan. Kritikan terakhir soal
redaksi tulisan Uut ini tidak lain adalah hubungan tentang masalahnya dengan
kasus Hary Tanoe. Ngehe bosku! Lho
gimana gak gila cobak, Si Uut secara terang-terangan meng-komparisakan kedua
hal tersebut, tapi tidak nyambung sama sekali hasilnya. Aih.
Gini Ut, seperti yang saya jelaskan
diatas, contoh yang kamu berikan ke pembaca bisa jadi rujukan pembacamu untuk bertindak.
Gak percaya? Mari kita bayangkan bersama. Semisal contoh, Desi –si penggemar berat
aktor terkenal dari Korea, Kim Jong Un itu tuch- ini melaporkan Mamas Agung –pemuda pengembara
cinta di LPM Manifest- ke polisi lantaran mengejeknya yang jomblo akut sejak
dalam kandungan. Walhasil, Mamas Agung diberondong ke kantor polisi dengan
jeratan Pasal 335 KUHP. Agung pun dipenjara, hati si Jomblo gembira.
Setelah membaca tulisanmu, Si Desi
semakin beringas. Kawan satu kontrakan, kampus, dosen, bahkan Bapak Rektor yang
tidak sengaja memberi jokes dengan latar ke-jomblo-an-nya, dilaporkan ke
polisi. Waduh bakal ngukut nih Universitas
Jember. Belum lagi, semisal, isi tulisanmu dibaca Jomblo se-Indonesia. Bakal
kerepotan nih Pak Kemunden Pulisi. Ngeri Ut!
Untuk itu bosku, sebagai sesama Warga
Tulen Nadhiyin, hindari provokasi macam itu. Kita terlalu hina untuk
membandingkan urusan remeh-temeh kita dengan para politikus di negeri ini. Jangan
sampai para Jomblo di negeri ini lantang menviralkan tagar
#TolakKriminalisasiJomblo sebagai tandingan. Atau bahkan menggelar Aksi Bela
Jomblo yang berjilid-jilid. Jangan sampai, Ut. Bukan-kah Warga Nahdhiyin hadir
di Indonesia sebagai penjaga NKRI? wqwq.
Bergurulah
Ke Padepokan Joko Manunggal
Nah, ini bagian yang saya
tunggu-tunggu. Bagian paripurna yang menjawab segala kegelisahan dan permasalahanmu,
Ut. Selaras dengan slogan, “Berani mengkritik, berani juga memberikan solusi”.
Dengan segala problematika yang mbulet
ini, saya sarankan dikau untuk pergi ke Seneporejo, Banyuwangi. Disana datanglah ke Padepokan Joko Manunggal.
“Kenapa aku harus kesana cuy?” Seloroh
Uut.
Yaps, kali ini aku tak perlu lagi
jauh-jauh ke ujung langit untuk sekedar mencari tau solusi untukmu, Ut. Ini
adalah hasil konklusiku saat mengenal lebih dari tiga tahun Gus Joko Cahyono,
sang pemilik padepokan. Tempat itu sangat cocok sebagai tempat meditasimu
menyelesaikan masalah yang menjerat.
Gus Joko yang saya kenal adalah
seorang yang ulet, pekerja keras, serta tidak gampang menyerah. Baik untuk
urusan ber-pers-mahasiswa (menulis), lebih-lebih urusan asmara. Lebih gampang
kamu baca Biografi dari Gus Joko aja sendiri di Gramedia nanti. Lantas kamu
bakal mengetahui bagaimana susahnya mengemban amanah organisasi persma, namun
telah ia taklukan. Bayangkan saja, Majalah yang tebalnya lumayan itu digarap
dengam hasil jerih payah semangatnya yang membara. Bisa dikatakan, itu majalah
hasil kerja Gus Joko, bukan redaksi. Ah
Ngeri.
Soal urusan organisasi, ia salah satu
pegiat yang diperhitungkan di negeri ini sekarang. Kamu boleh bertanya apapun.
Terlebih sekarang kamu mengemban amanah yang sama dengannya dulu. Jadikan dia
junjunganmu, panutanmu. Serap apa yang ia kerjakan dahulu, kemudian modifikasi
versimu agar terlihat lebih ciamik. Sikat
dah!
Untuk masalah keredaksian, udah jangan
ditanya bosque. Koordinator Biro
Media Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Nasional 2017-2018. Kelar dah, gue gak bakal banyak bacot. Siahkeun
bertanya sendiri ke blio.
Dan untuk soal asmara, ia juga orang
yang ideal untuk bisa dijadikan rujukan. Putus cinta adalah hal yang meyeramkan
bagi sebagian besar dari kita. Namun tidak Untuk Gus Joko. Karena prinsip-nya, “Cinta Itu Proses, Bos”. Gonta-ganti
pasangan adalah hal yang lumrah. Wajar baginya untuk berganti pasangan. Mulai
dari dedek emesh maba, mahasiswi Antar-Kota-Antar-Provinsi –atau bahkan Macan
Raung (Mamah Muda Rapi dan Berkerudung)- pernah ia singgahi. “Yang penting DP dulu bosku. Wqwq”.
Maka dari itu,
segeralah bergegas. Berguru-lah ke Padepokan Joko Manunggal, Ut. Moncrot!!!

Tidak ada komentar: