Header Ads

Jokowi Lawan Prabowo : Ball Position vs Gegen Press



Kontestasi belum sepenuhnya usai! Hal tersebut bisa dilihat dari hasil real count tabel klasemen Liga Inggris 2018-2019 hingga pekan ke 35. Sejauh ini,  Manchester City sebagai petahana masih berada di peringkat kedua dengan selisih 2 poin dari penantang serius yang tak pernah juara, Liverpool. Namun kans The Kop untuk juara pertama kalinya masih jauh dari kata “terwujud”. Sebagai incumbent yang memiliki segudang pemain hebat seperti Sergio Aguero,  Raheem Sterling, Luhut Binsar Panjaitan, Ederson Moraes,  serta bintang lainnya, Man City jelas masih jadi tim yang paling diunggulkan untuk meraih gelar.

Jika dilihat dari kacamata politik, perburuan gelar liga terpanas di dunia ini tak ubahnya melihat pertarungan antara Jokowi melawan Prabowo di Indonesia. Saat ini, semua warga Indonesia atau bahkan dunia memberikan atensi lebih pada hajatan politik tanah air. Mafhum, semua tahu jika Indonesia baru saja menggelar hajatan demokrasi terbesar di dunia. Tim Bimo Reseach and Development merangkum beberapa fakta unik di dalamnya. Check this out!!!

#01 Joko “The Citizens” Widodo

Sebagai seorang petahana, tak ada yang bisa mengelak jika Jokowi akan dengan mudah melanggengkan kuasanya di istana negara satu periode lagi. Capaian prestasi pemerintahan yang ia pimpin cukup dianggap stabil, di tengah ketidakpastian ekonomi global. Ditambah sosok calon wapres Ma'ruf Amien disebut-sebut akan mengamankan suara di Pulau Jawa sebagai kunci kemenangan pilpres. Hal ini bisa dikorelasikan dengan kondisi Manchester City saat ini. Klub (mendadak)  kaya raya ini masih berpeluang besar untuk “back to back” gelar liga musim ini. Apalagi,  mereka masih menyimpan satu laga sisa kontra musuh bebuyutan Manchester United Kamis dini hari (25/04).

#02 Prabowo “The Kop” Subianto

“Jenderal tanpa Istana”. Begitulah istilah yang bisa menggambarkan sosok Prabowo Subianto. Mantan mantu Jenderal Bintang 5 “Soeharto” ini tak pernah sekali pun mencicipi kemenangan saat berlaga di medan tempur pemilihan presiden (pilpres) Indonesia. Di tahun 2004, 2009, dan 2014 Prabowo selalu kalah meraih hati rakyat, baik sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden. Hal ini seleras dengan kondisi Liverpool hingga saat ini yang tak pernah juara liga sejak berganti format di era 90-an. Namun ada yang berbeda di tahun ini. Semenjak jor-joran menggelontorkan uang untuk mendatangkan pemain berkelas dunia,  Liverpool tak bisa lagi dianggap sebagai underdog. Musim fantastis dijalani Moh. Salah cs dengan terus menerus menempel ketat Si Biru Muda hingga akhir musim.

Ball Position vs Gegen Press : Ketat Hingga Akhir

Keputusan jitu Prabowo menggandeng pengusaha muda sukses bernama Sandiaga Uno terbukti memberikan dampak yang positif bagi Tim Pemenangan. Suara emak-emak dan para millenial bisa jadi ikut terdongkrak demi perubahan Indonesia Adil Makmur. Seperti jargon yang mereka usung. Gegen Press yang diinstruksikan pelatih Amien rais Jurgen Klopp terbukti memberikan efek positif bagi Liverpool Musim ini. Skema ini menekankan pada penjagaan ketat setiap pemain lawan dengan serangan balik yang mematikan. Strategi ini seleras dengan posisi oposisi yang saat ini diemban Prabowo cs. Sergapan cepat berupa kritik menohok terhadap kebijakan pemerintah yang tak “pro rakyat” menjadi senjata utama.

Sementara di kubu lainnya, strategi bertolak belakang diusung Pep Guardiola. Membawa pengalaman manis saat menukangi Barcelona dan Bayern Munich, Pep tetap setia dengan strategi Ball Position ala Tiki Taka “Johan Cruyff“. Pola permainan ini terbukti sudah memberikan banyak gelar bagi the cityzens. Pola ini menekankan pada penguasaan bola absolut selama pertandingan. Dengan begitu, diharapkan pemain lawan akan terus bertahan dan mampu mencuri gol dari skema cantik. Permainan yang terstruktur ini cocok dengan apa yang dilakukan Jokowi selama ini. Petahana ini memang dikenal sebagai pemimpin yang punya visi dan misi terarah dalam setiap kebijakannya. Meskipun pro kontra tetap saja ada, namun di bawah komandonya Indonesia perlahan mampu bersaing dengan negara adidaya lain di dunia.

Perang politik untuk memenangkan amanat rakyat sudah tak bisa dihindari lagi. Dari data quick count beberapa lembaga survei, pasangan Jokowi-Amien unggul dengan rata-rata margin 10 persen. Tak mau kalah, Prabowo cs juga mengklaim kemenangan pilpres 2019 berdasarkan data perhitungan internal. Bola panas tentu ada di tangan KPU sebagai penyelenggara. Bola itu bundar. Tidak ada yang tidak mungkin. Semua masih bisa saja terjadi selama peluit panjang dari wasit dibunyikan. Kontestasi ini wajiblah melahirkan pemilih yang mampu mengemban amanat. Rakyat Indonesia sudah pasti sepakat untuk tidak mengaminkan pernyataan SJW idola kita semua, Bilven Sandalista. “Siapapun yang menang, rakyat Manchester United pasti kalah”. Hmm.

2 komentar:

  1. koreksi: Prabowo baru 2009 yang mulai berkontestasi di Pilpres. (bukan 2004)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas saran yang diberikan. Prabowo Subianto maju sebagai calon presiden pada konvensi Partai Golkar di tahun 2004. Namun gagal dan Partai Beringin lebih memilih pasangan Wiranto-Salahudin Wahid.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.