Header Ads

Malaikat Penyelamat itu Bernama Palker




Sejak mulai berkelana meninggalkan dunia maya sekitar 6 bulan lalu, praktis komunikasi dengan sahabat, teman, sampai gebetan yang mulai terlupakan tak berjalan dengan baik. Walhasil pelbagai bentuk kecaman hingga mesohan pun terlontar dari mereka yang mencari hilangnya jejak saya. “Taek cok, kon nang endi ae ? mati ta kon ?” seronoh seorang teman saya saat tidak sengaja bertemu di jalan. Tidak hanya satu-dua saja yang melontarkan kalimat sarkasme semacam itu, hampir semua teman-teman saya mengucapkan hal yang sama.
Namun pada akhirnya saya tidak dapat berargumentasi dengan sikap dan ucapan teman-teman saya. Saya memilih untuk legowo menerima setiap jancok-an yang diberikan dan mencoba menjawab dengan santai sembari memberikan banyolan khas saya. “Sepurane mo guduk polae ngono, hpku rusak hehe dadi aku jarang oleh info lek kumpulan.” Jawabku sembari menceritakan selama ini saya berkelana mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra, bersama teman berpetualang. Ehh semacam itulah hehe.
Memang harus kita akui bahwa hidup di zaman modern ini “mengharuskan” setiap manusia mempunyai SPP. Ini bukan SPP uang untuk membayar iuran per bulan di sekolah loh ya. Yang dimaksud adalah Smartphone, Pulsa, dan Paketan Internet. Tanpa SPP manusia modern hanya akan hidup dalam ruang hampa. Sebagai contoh salah satu dosen jurnalistik saya bernama Joko Cahyono pernah mengungkapkan bahwa hidupnya tak berisi ketika Smartphone-nya tak memiliki paketan internet. “Gek kiyap-kiyep ngono nang kosan, plonga-plongo gak jelas,” ungkapnya sambil menyeruput secangkir kopi yang saya buatkan di angkringan tempat saya bekerja.
Dari pernyataan Joko diatas sudah bisa menjadi sedikit gambaran bahwa SPP di era ini menjadi kebutuhan pokok bagi segala umat yang mengaku dirinya “modern”. “Malah saiki iki wong mending tuku paketan internet daripada tuku mangan.” Tukasnya kembali. Orang yang sudah memiliki Smartphone saja masih kelabakan saat tidak memiliki paketan internet, apalagi orang yang tidak ber-HP ! mungkin saya bisa menerima kondisi itu, tapi sahabat dan teman-teman saya ? tidak semuanya.
Di tengah pembicaraan hangat itu Muhammad Faiz Azhar alias Palker (Paling Keren, red), yang juga dosen jurnalistik saya secara tidak terduga memberikan tawaran untuk meminjamkan Smartphone-nya kepada saya. Hati pun senang tak terkira mendapat tawaran mulia tersebut. Mungkin sang Palker iba melihat raut muka saya yang telah berlumuran kata-kata kotor setelah sekian lama hilang dari dunia maya. Seyogyanya menurutnya Smartphone itu digunakan untuk menyambung dan memperbaiki komunikasi di Organisasi “Cak Man” tempat kami bernaung, yang memang sempat renggang. Selain itu juga untuk memperbaiki hubungan dengan kawan-kawan lama saya.
Walhasil semenjak saya kembali ke dunia maya secara perlahan hablumminannas saya sedikit demi sedikit mulai tersimpul kembali. Hubungan yang dulu mulai renggang telah dapat dipersatukan. Dari hidayah tersebut, tawa ria dari sahabat dan teman-teman saya mulai mekar kembali. Agenda dan planning yang sempat mangkrak seperti layaknya banyak pembangunan yang dilakukan pemerintah pun mulai dibahas dan dilaksanakan.
Tuhan memang Maha Adil, saya percaya bahwa Ia mengirimkan bantuannya lewat seorang malaikat bernama Palker untuk membantu saya. Saya ucapkan rasa syukur kepada Tuhan dan ucapan terima kasih kepada Muhammad Faiz Azhar atas kesediaannya meminjamkan Smartphone-nya sebelum nantinya saya dapat memiliki Smartphone sendiri. Semoga barokah.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.