Header Ads

KKN PENGORT





Memberi kabar lewat tulisan.

            Alhamdulillah. Segala puji untuk Raja alam semesta raya. Akhirnya saya bisa menyempatkan diri lagi untuk menulis, setelah satu minggu belakangan hilang dari peredaran tanpa sepatah kabar yang jelas (hehe). Jiwa dan raga saya juga “sedikit” gelisah tatkala hasyiman terus-menerus dalam satu minggu ini. Menurut kepercayaan orang terdahulu yang masih saya amini, hal ini merupakan pertanda bawa saya dirasani (atau dalam istilah kekiniannya “dicari-cari”) oleh beberapa orang. Mungkin saja (hehe).
“Koen mak hachiman meloloh til, onok seng ngrasani iku”
“Kamu kok hasyiman terus til, ada yang nyariin itu”
            Tulisan ini khususon saya persembahkan untuk teman-teman dan sahabat-sahabat saya yang dalam seminggu belakangan mungkin mencari saya. Teruntuk Abdi dan Ivan yang tak bisa saya temani makan di Warung Pak Edi sepanjang liburan (seperti biasanya), teman-teman Kurcaci (alumni 9D SMPN 1 Jember), dan masih banyak lagi sahabat-sahabat saya yang mungkin ingin bertemu dengan laki-laki gondrong gila bernama Herman Setiawan, hehe.
            Tak lupa, khususon juga teruntuk kawan-kawan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Manifest yang saya “duakan” dalam hal pengerjaan Majalah Manifest. Namun demikian, saya telah berkonsolidasi dengan Tiga Sekawan Manifest ( Sam Joko, Sam Arif, dan Sam Faiz) untuk menyelesaikan tugas pokok saya dalam tulisan Fokus 1 dan Rubrik Alkalissue dalam Majalah Manifest. Sehingga dalam hal ini, maksud kata “duakan” diatas adalah membantu kawan-kawan Manifest dalam sisa tulisan yang belum terselesaikan.
            Barangkali ada memang yang menanyakan keberadaan saya, yang selama seminggu terakhir hilang bak ditelan jaman. Sebenarnya saya tidak “menghilang” ataupun lari dari kenyataan hidup yang melelahkan. Saya hanya menyibukkan diri dalam hal lain yang sangat urgent konteksnya menurut saya.
            Selama seminggu ini saya sibuk membantu usaha orang tua saya di warung makan, di daerah Pasar Tanjung Jember. Ini saya lakukan untuk memenuhi tugas saya sebagai anak yang berbakti (Aminn heheww). Dan tugas ini saya tuangkan dalam Kerja Kerja Nyata Pengabdian Orang Tua (KKN PENGORT).
            KKN PENGORT merupakan kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh anak kepada orang tua, sebagai bentuk rasa kasih dan sayang serta bisa juga diartikan sebagai bentuk nyata pengabdian anak kepada orang tua.
            KKN PENGORT ini juga merupakan salah satu bentuk propaganda yang saya canangkan untuk melawan kejahatan yang paling tinggi tingkatannya di dunia saya. Kemalasan. Weww......
            Sebenarnya dalam konteks pengabdian, KKN PENGORT tidak jauh berbeda dengan KKN PENGMAS (Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat) yang biasa dilakukan mahasiswa antara semester 6-7 sebagai bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Namun yang membedakan adalah KKN PENGORT tidak dibebani SKS (Sistem Kredit Semester) sebagaimana KKN PENGMAS. Hal yang membedakan lagi selanjutnya adalah sistem penilaian. KKN PENGMAS dinilai dengan outputnya berupa Indeks Prestasi (IP), sementara penilaian KKN PENGORT langsung diserahkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Wuihhhh keren.
            KKN PENGORT ini biasa saya lakukan pada saat liburan. Ini tentu relevan, mengingat pada saat waktu perkuliahan berlangsung, intensitas saya mengabdi kepada orang tua jauh lebih sedikit, karena disibukkan dengan tugas-tugas yang banyak. Baik dari dosen-dosen yang saya cintai maupun dari LPM Manifest yang saya sayangi. Hehe.
            Namun berbeda dengan KKN PENGORT sebelumnya, intensitas pengabdian saya pada liburan kali jauh lebih padat. Karena Ibu yang saya cintai masih terkapar lemas di kamarnya, sehingga mengharuskan saya duet dengan ayah saya untuk mengurusi usaha keluarga dan “sedikit” menduakan jam-jam saya untuk sekedar mengobrol dan ngopi dengan kawan-kawan. Serta momotong waktu liburan saya untuk sedikit bercumbu dengan seksinya alam Indonesia (maksudnya jalan-jalan men, hehe).
            Sedikit cerita saja, Ibu saya saat ini sedang dalam masa menstruasi akhir yang umumnya dialami oleh wanita berusia 45 tahun ke atas. Ibu saya terus-menerus mengeluarkan darah dari titinya, sehingga membuat tubuhnya terkulai lemas dan tidak bisa beraktifitas seperti biasanya. Gejala ini umum bagi wanita, seperti kata orang yang saya temui di lingkungan rumah maupun pasar. Namun demikian, keluarga terutama ayah saya sangat mengkhawatirkan kondisi dari Ibu saya. Semoga saja Ibu saya dapat sehat seperti sedia kala dan dapat beraktifitas layaknya biasanya. Amin Ya Robbal Alamin.
            Mungkin cukup sekian saja hal yang dapat saya sampaikan. Semoga dari tulisan ini, sudah bisa menjawab segala keresahan dan kegundahan hati dari kawan-kawan yang mencari hilangnya Sang Gondrong Gila, Herman Setiawan. Kalau benar ada. Kalau memang tidak ada, anggaplah tulisan ini sebagai angin lewat saja, hehe. *peluk hangat*

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.