Header Ads

Surat untuk Joko


“Ini bukanlah sebuah kemenangan ataupun kekalahan. Bukan juga sebuah prestasi yang mesti dibanggakan. Ini tentang komitmen, loyalitas, totalitas, dan tanggung jawab. Tentang sebuah pertaruhan diantara dua pilihan yang memang harus dan wajib untuk dipilih.”

Dalam sebuah ruangan di IKIP PGRI Jember. Drama tersaji begitu mengharukan. Sebuah drama yang menempatkan seseorang terjebak dalam dua pilihan yang mungkin memuakkan. Seseorang itu bernama Joko Cahyono. Mahasiswa, calon sarjana teknologi pertanian, dan wartawan kampus yang sekarang menjabat sebagai pemimpin umum di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Manifest di fakultas tempat ia bernaung.
“Sungguh aneh rasanya apabila sebuah mandat atau kepercayaan yang diberikan oleh lembaganya harus dipaksa untuk dimadu, demi tanggung jawab yang lebih besar, katanya. Padahal masih ada banyak orang di luar sana yang masih bisa dan mampu untuk mengemban amanat itu”. Mungkin kalimat diatas sedikit bisa menggambarkan dari apa yang terjadi dalam drama ini. Berbicara tentang drama, drama tersebut bernama pemilihan Sekretaris Jenderal (Sekjend) Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Kota Jember 2016-2017.
Joko, begitu ia biasa dipanggil, bersama para pengurus dan anggotanya mengadakan diskusi sebelum pemilihan sekjend itu digelar. Fokus pada diskusi itu adalah bagaimana mengambil keputusan atau suara dari Manifest terkait siapa yang akan dicalonkan menjadi sekjend. Nama-nama di luar Manifest pun bermunculan, namun namanya-lah yang tetap menjadi sorotan dalam diskusi tersebut. Tidak terbantahkan, sebelum diadakannya pemilihan sekjend, nama Joko sudah terlanjur menjadi buah bibir di LPM lainnya di Kota Jember. Segelintir alasan pun menyeruak ke permukaan, mulai dari gaya kepemimpinannya yang dianggap sukses selama 5 bulan ia memimpin Manifest, prestasi di bidang jurnalistik, kedekatan hubungan dengan awak LPM lain, sampai ketiadaan calon lain yang “mampu” atau mungkin “tidak mau” merekatkan kembali hubungan antar LPM dalam sebuah wadah bernama PPMI kota Jember yang sekarang diambang perpecahan. “Lantas kalau bukan Joko siapa lagi ? apa mau PPMI kota Jember hilang bak ditelan jaman ?” mungkin pertanyaan itu yang terlontar dari mulut LPM lain, mungkin saja.
Namun jauh-jauh hari, Joko menyatakan sikap untuk enggan dicalonkan menjadi sekjend. Hal ini tentu  beralasan, karena banyak faktor yang perlu difikirkan. Mulai dari media online persmanifest.com yang harus ia besarkan terlebih dahulu, masih berjalannya penggarapan majalah MANIFEST yang menjadi program kerja utama dalam kepengurusannya, sampai pondasi yang terancam rapuh di dalam tubuh Manifest. Joko adalah Manifest, begitupun sebaliknya. Hal itu sangat tidak terbantahkan. Manifest seakan menggunakan  Jokosentris dalam menjalankan roda organisasinya. Apabila Joko terpilih menjadi sekjend kota, dan lebih fokus untuk menyatukan kembali LPM yang terhimpun di PPMI Kota Jember, lantas bagaimana dengan nasib Manifest kedepannya ? dengan dasar itulah seluruh pengurus dan anggota dari Manifest sepakat untuk tidak mencalonkan nama dari LPM Manifest, dan lebih mencalonkan nama lain dari LPM lain.
Hari pemilihan sekjend pun datang begitu cepatnya. Semua awak Manifest maju layaknya pasukan yang datang ke medan perang. Bak seorang jendral, Joko memimpin pasukannya hadir dalam perang bernama Musyawarah Kota (Muskot) PPMI Jember 2016-2017. Perhatian forum seketika langsung tertuju kepada Manifest. Bukan tanpa alasan. Karena pada acara muskot tersebut, Manifest-lah yang mengirimkan banyak anggotanya dibandingkan dengan LPM lain.
Acara segera dimulai. Pukul 20.00 semua awak LPM se-Jember sudah memasuki ruangan, meskipun secara keseluruhan LPM yang hadir berjumlah 12 dari total 18 LPM yang terdaftar di PPMI kota Jember. Diawali dengan sambutan dari Saddam Husaen, Sekjend PPMI kota Jember 2014-2016, muskot dimulai dengan pemilihan presidium sidang (presid), Laporan Pertanggung Jawaban Badan Pengurus Kota (LPJ BPK) PPMI Jember 2014-2016, dan dilanjutkan dengan pemilihan Sekjend PPMI kota Jember 2016-2017.
Drama pun dimulai sejak pemilihan presid, dengan lakon utamanya adalah Amien Rosyadi, pengurus LPM Manifest biro Penelitian dan Pengembangan. Entah memang ada keinginan dari kawan-kawan LPM se-Jember untu mendapuk Amien maju sebagai presid, atau ada hal lain yang sudah di-“setting” agar suara dari Manifest “dibungkam” dalam forum tersebut. Memang, orang selain Joko dari Manifest yang “vokal” berbicara di forum kota adalah Amien. Dengan sedikit adu argumen, akhirnya Amien gugur dalam bursa pemilihan presid. Suara Manifest “sedikit terselamatkan”.
Waktu tak terasa sudah menunjukkan jam pergantian hari. Setelah LPJ dari BPK PPMI Kota Jember 2014-2016 selesai, barulah diadakan pemilihan Sekjend baru PPMI kota Jember. “Perang dimulai!” Bisik Joko kepada pengurus dan anggotanya yang masih terjaga dari mimpi basahnya. Aturan permainan dalam pemilihan sekjend ini adalah setiap LPM memberikan satu suara untuk bakal calon dan calon sekjend dengan menuliskan nama dan asal LPM secara tertutup. Selain itu, LPM diberikan keleluasaan untuk mencalonkan nama, baik dari internal maupun eksternal LPM. Calon sekjend juga harus minimal 2 tahun menjadi bagian dari pers mahasiswa dan masih aktif.
Pemilihan pun dimulai, satu per satu perwakilan dari LPM maju ke meja presid untuk menuliskan nama yang akan mereka calonkan. Suara yang masuk dalam pemilihan tersebut berjumlah 12. Bagai drama percintaan dalam serial televisi yang tak sulit untuk ditebak alur ceritanya, keresahan awak Manifest-pun akhirnya menjadi kenyataan. Nama Joko Cahyono mengungguli nama-nama lain. Namun sebelum sah menjadi calon sekjend, terlebih dahulu bakal calon sekjend diberikan beberapa pertanyaan terkait kesediaannya untuk dicalonkan menjadi sekjend. “Saya tidak bersedia untuk dicalonkan!” Lantang Joko saat presid menanyakan pertanyaan tentang kesediaannya untuk dicalonkan menjadi sekjend. Alasan yang dikemukakan oleh Joko adalah karena dirinya masih menjabat menjadi pemimpin umum Manifest selama 5 bulan. Akhirnya Joko pun gagal untuk “sementara” dicalonkan menjadi sekjend.
Pemilihan sekjend pun kembali diulang, karena bakal calon tidak ada yang bersedia untuk dicalonkan karena berbagai alasan, mulai dari masalah akademik sampai keluarga. Pemilihan ulang terjadi sampai empat kali, dan dari ke-empat pemilihan ulang tersebut nama Joko selalu menghiasi pemilihan bakal calon yang akan dicalonkan sebagai Sekjend PPMI kota Jember 2016-2017. Entah ada atau tidaknya konspirasi terselubung dari beberapa peserta sidang yang “sengaja” menjadikan Joko sebagai sekjend, namun Manifest tetap berpegang teguh pada  pendiriannya untuk membentengi Joko, meskipun terkesan agak sedikit “egois”.

“Bukannya tidak mau ber-PPMI, namun kita masih perlu sedikit waktu beradaptasi untuk mulai meninggalkan Jokosentris dalam tubuh organisasi kami, tidak semudah itu kawan”

Forum Pemimpin Umum, Akhir dari sebuah Drama
Kumandang adzan shubuh menggema dengan lantangnya. Suara ayam berkokok mengikuti setelahnya. Dari sisi luar jendela, puncak Raung pun menyapa dengan gagahnya. Angin Pagi seolah membalut tubuh peserta sidang dengan hangat, namun aura sidang masih saja tetap panas bak api neraka yang tak pernah habis bahan bakarnya. Presid akhirnya memutuskan untuk men-skorsing sidang selama 20 menit untuk istirahat sholat dan dilakukan konsolidasi antar LPM. Dengan ditengahi oleh Saddam dan beberapa kawan-kawan demisioner BPK PPMI Jember, tercetuslah forum Pemimpin Umum. Dalam forum tersebut, pemimpin umum di setiap LPM yang tergabung di PPMI Kota Jember mengutarakan pendapat dan solusi terkait ketiadaan calon yang bersedia untuk maju dalam bursa pemilihan Sekjend PPMI Kota Jember 2016-2017.
Setelah mengutarakan pendapatnya, seketika Joko terdiam bak patung Jenderal Soedirman di ibukota sana. Badannya lemas, kepalanya tertunduk. Mungkin badan kurusnya tak kuat lagi menahan beban berat di fikirannya. Air matanya jatuh ke bumi. Entah apa yang ada difikirannya saat itu. “Aku gak kuat....” Dengan tertatih-tatih ia berbicara kepada pengurus dan anggota Manifest yang sekali lagi masih terjaga dari mimpi basahnya. Seketika suasana Manifest hening, semua tertunduk lesu memikirkan nasib Manifest kedepan. Joko mengusap air matanya, namun awak Manifest lainnya malah menjadi-jadi ikut juga menangisi apa yang dirasakan oleh Joko. Begitu mengharukan.

“Ada hal yang terasa berat untuk dilepaskan, meskipun hal tersebut tak akan terpisah dari sebuah ikatan yang terlanjur dirajut mesra.”

Joko akhirnya berhenti menangis, kepalanya tegak kembali. Dengan suara lirih ia memanggil Arif, kawan seperjuangannya yang juga pengurus Manifest biro Media. “Aku bersedia rif...” Ungkapnya dengan meneteskan air mata. Arif pun segera menyampaikannya ke forum. Di dalam forum Pemimpin Umum tersebut, Ajay sebagai pemimpin umum dari LPM Explant (Politeknik Negeri Jember) juga menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan, meskipun ia masih belum genap 2 tahun berkecimpung di dunia pers mahasiswa.
Akhirnya, pemilihan calon Sekjend PPMI Kota Jember jadi dilaksanakan. Sesuai aturan main, setiap LPM memberikan suaranya secara tertutup dan memilih salah satu nama dari kedua calon beserta asal LPMnya. Satu per satu perwakilan LPM maju. Suara yang masuk  berkurang menjadi 11, karena perwakilan dari LPM Sinvesta (Kesehatan Masyarakat UNEJ) sudah pulang sebelum pemilihan sekjend dimulai. Perhitungan suara dimulai. Sekali lagi, seperti drama percintaan dalam serial televisi yang mudah ditebak alurnya, Joko unggul telak atas Ajay dalam perolehan suara. Secara sah, Joko Cahyono dari LPM Manifest Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember menjadi Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Kota Jember 2016-2017.
Tak ada selebrasi kemenangan layaknya sebuah tim sepak bola yang berhasil mengalahkan musuhnya di suatu pertandingan. Seluruh awak Manifest tertunduk lesu. Air mata mengucur begitu derasnya dari awak Manifest ketika melihat Joko maju ke depan meja sidang sebagai sekjend baru. Ucapan selamat dari kawan-kawan LPM lain tak mampu mengembalikan semangat mereka saat pertama kali menginjakkan kaki di ruangan itu.
Namun, kesedihan tak perlu untuk terus ditangisi dan disesali. Manifest harus tetap hidup dan bernafas layaknya makhluk hidup. Ambil sisi positifnya. Sekarang Manifest akan menjadi sekretariat bersama PPMI Kota Jember. Manifest menjadi poros dan pintu masuk informasi dari segala hal yang terkait dengan pers mahasiswa kota Jember. Hal ini tentu sangat positif untuk proses dari awak Manifest kedepannya.
Tetap semangat kawan, perjalanan dan perjuangan kita masih panjang.
Mari berjejaring dan saling menguatkan! Salam Persma! Salam Mahasiswa! *peluk hangat*

Jember, 10 November 2015
Untuk Joko Cahyono
Sekretaris Jenderal PPMI Kota Jember 2016-2017
Pemimpin Umum LPM Manifest 2015-2016



Dari adikmu yang kotor,
Herman Setiawan

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.