Sobat Deadwood Harus Menghindari Beberapa Aktivitas Berikut Saat Ngabuburit
Marhaban
Ya Ramadhan. Selamat datang bulan penuh rahmat dan ampunan. Suka cita
menghinggapi seluruh Umat Muslim di berbagai penjuru dunia. Selama sebulan
penuh, waktu malam menjadi lebih superior dibanding siang hari. Maklum,
sebagian besar Umat Muslim beradaptasi dengan kewajiban menjalankan ibadah
puasa. Apalagi, terdapat ibadah tambahan seperti salat tarawih dan tadarus sehabis salat isya.
Wajar
jika momen-momen seperti waktu sore hari digunakan masyarakat untuk melakukan beragam aktifitas. Sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba. Mulai dari berjualan jajanan berbuka puasa, berkumpul
dengan komunitas hobi, atau hanya sekedar ingin menikmati indahnya senja di
sore hari.
Kegiatan
untuk menunggu datangnya waktu berbuka puasa (Adzan Maghrib) memiliki sebutan
tersendiri di Indonesia. Namanya “Ngabuburit”. Istilah ini sangat familiar di
telinga masyarakat tanah air. Namun tak banyak yang tahu dari mana istilah
ngabuburit dikenalkan pertama kali.
Diolah
dari berbagai sumber, istilah “ngabuburit“ merupakan kata serapan yang berasal
dari daerah Jawa Barat. Dalam bahasa sunda, pemakaian sebutan ini berasal dari
kata burit, yang berarti menunggu waktu sore. Istilah tersebut kemudian dipakai
oleh masyarakat tanah air sebagai kegiatan menunggu waktu sore menuju maghrib
di Bulan Ramadhan.
Ngabuburit
yang mulanya hanya dipakai Masyarakat Sunda, kini telah menyebar ke seluruh
wilayah Indonesia. Tak terkecuali di suatu desa yang masuk daerah Kabupaten
Tulungagung. Namanya Desa Ngunut. Sebuah wilayah yang bisa dikatakan jauh dari
hingar bingar kehidupan modern.
Seorang
pria muda berperawakan kurus, linglung berjalan kesana kemari di sore hari
Bulan Ramadhan. Namanya Agung Ardiansyah. Seorang laki-laki kebanggaan Desa
Ngunutcum sarjana muda. Sebagai calon budak korporat (alias pengangguran), ia
bingung harus bagaimana untuk menghabiskan waktu ngabuburit. Seperti biasa,
pagi hari ia habiskan masa hidupnya untuk merangkai masa depan indah dalam
bunga tidurnya. Namun dikala matahari sudah akan pulang ke peraduan, ia terus
menggerutu.
Hidup
memang memuakkan. Begitu pula yang dirasakan Agung. Panggilan kerja yang
dinanti, tak kunjung menghampiri. Merasa “gangguk”, ia pun mengabari sahabatnya
yang berada di Jember. Bimo namanya, seorang sarjana muda yang juga masih
menganggur. Agung ingin menanyakan hal apa yang sebaiknya ia lakukan untuk
mengisi waktu luang saat ngabuburit.
Dengan
cekatan, di dalam sambungan telepon, Bimo memberikan tips dan trik hal yang
biasa dilakukan saat ngabuburit. Sadar temannya memiliki kepribadian yang
nyeleneh, tak lupa ia juga menyarankan beberapa hal yang harus dihindari saat
mengisi waktu ngabuburit. Sementara itu, Agung mendengarkan dengan seksama petuah
yang diberikan sahabatnya tersebut.
Dilarang
Makar dan Minum
Dalam
menjalankan ibadah puasa, Umat Islam diwajibkan untuk tidak makan dan menahan
nafsu selama waktu Imsak Subuh hingga Adzan Maghrib. Namun apa jadinya jika
seorang pengangguran seperti Agung di tanggal 22 Mei 2019 hendak berangkat ke
Jakarta? Meski dalam rangka memenuhi panggilan test interview, tetap saja jiwa
nasionalis Agung akan tergerak melihat fenomena “people power” terjadi. Untuk
itu, Bimo menyarankan selain menahan lapar, juga melarang untuk melakukan makar
dan minum.
Makar
sendiri dapat diartikan sebagai rencana untuk menggulingkan pemerintahan yang
sah melalui jalur inkonstitusional. Bisa dibayangkan bukan. Seorang laki-laki
kurus, sembari menunggu waktu berbuka, berdemo di Kantor Bawaslu untuk menolak
hasil pemilu. Lalu ia melempari batu polisi yang berjaga. Karena merasa tidak
kuat, akhirnya ia minum air botol mineral juga. Maka dari itu, melakukan makar
dan minum saat berpuasa tidak direkomendasikan untuk dilakukan saat mengisi
waktu ngabuburit. Selain dapat membatalkan ibadah, kegiatan ini tidak ada
faedahnya.
Ngabuburit
di Warung Kopi
Hal
lain yang tidak boleh dilakukan saat mengisi waktu ngabuburit adalah nongkrong
di warung kopi. Realitas ini cocok bagi para pengangguran. Utamanya pengangguran
pecinta kopi, penikmat senja, penyembah berhala. Apalagi untuk seorang Agung. Mantan
aktivis kampus berhaluan kiri ini memang dikenal sebagai “singa diskusi”. Ngopi
di warung menjadi agenda penting. Selain menambah literasi, juga dapat
membangun narasi berfikir. Namun selayaknya manusia pada umumnya, tak ada yang
bisa memprediksi khilaf. Sambil menyelam minum air. Sambil berdiskusi, pesan
kopi. Ehe~
Menelan
Ludah
Tips
terakhir mengisi waktu ngabuburit yang tidak boleh dilakukan adalah menelan
ludah. Sebenarnya hal ini masih bisa diperdebatkan. Beberapa ulama tidak
mempermasalahkan menelan ludah saat berpuasa. Beberapa lainnya menolak karena
dianggap air ludah atau “iduh” mengandung air. Sedang puasa dapat dimaknai
sebagai sarana menahan hawa nafsu, lapar, dan dahaga.
Namun
berbeda dengan kasus menelan ludah bagi Agung. Bimo sadar jika kawannya itu
juga dikenal sebagai laki-laki setia. Alias setiap tikungan ada saja
gebetannya. Pacar lebih dari satu bukan hal tabu bagi Agung. Maka dari itu, saat
menunggu waktu Adzan Maghrib atau ngabuburit Agung dilarang “ngiduh”. Apalagi
jika menelan ludah pacar. Hmm wkwk~
Tidak ada komentar: