Header Ads

BIMO DAN ROK NABI



Pada suatu masa, hiduplah seorang mahasiswa bernama Muhammad Bimo Mahameru. Ia adalah mahasiswa teknik di salah satu perguruan tinggi negeri yang cukup terkenal. Bimo seorang mahasiswa yang aneh, namun disenangi teman-temannya karena tingkahnya yang konyol.

Tak sulit bagi Bimo untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, terutama di kampus tempat ia bernaung. Dengan rambut gondrong yang ia miliki, membuatnya gampang dikenali orang. Maklum saja, di kampusnya masih jarang sekali mahasiswa yang memiliki rambut gondrong. Kalaupun ada, pasti bisa dihitung dengan jari. Penampilannya yang terkesan slenge’an dan easy going pun turut menambah tingkat keunikan mahasiswa ini. Sehingga wajar saja ia memiliki banyak kenalan di dalam maupun di luar kampus.

Kehidupan Bimo sama dengan kehidupan mahasiswa pada umunya. Kuliah, mengikuti organisasi mahasiswa, pacaran, cangkruk dan pulang. Namun karena kesibukannya di kampus, ia jarang untuk pulang ke rumah. Apabila tugasnya menumpuk, ia sering memutuskan untuk bermalam di kampus untuk menyelesaikan tugas tersebut. Keadaan ini membuatnya jarang sekali berkumpul atau sekedar ngopi dengan tetangga di kampung.

Suatu pagi, setelah menyelesaikan perkuliahan ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Maklum, karena pada waktu itu ia belum mandi. Selain itu, dia kangen dengan masakan ibunya yang terkenal enak, versi dirinya sendiri. Setelah sampai di rumah, ia langsung bergegas untuk mandi, kemudian dilanjutkan dengan makan masakan ibunya. Setelah puas memanjakan perutnya, ia pun memutuskan untuk nyantai di rumah. Karena jadwal kuliah selanjutnya dilaksanakan pada siang hari.

Waktu pun berlalu dengan cepat. Matahari dengan gagah menunjukkan keperkasaannya di waktu siang. Bimo pun bergegas untuk berangkat kembali ke kampus, untuk menunaikan tugas wajibnya sebagai mahasiswa. Karena ayahnya sedang bekerja, ia hanya salim kepada ibunya. Dengan cekatan ia mengeluarkan sepeda motor dari dalam garasi rumah, ibunya pun membuntutinya dari belakang untuk sekedar mengantar Bimo ke depan rumah.

Budhe Yasmin, salah seorang tetangga Bimo yang baru pulang dari rumah anaknya di luar kota tiba-tiba menepuk punggung Bimo dari belakang. “Loh, ini Bimbim tah ya?” Tanya-nya dengan nada kaget. “Enggeh budhe, wonten nopo?” Jawab Bimo dengan memakai bahasa Jawa halus. Budhe Yasmin ternyata kaget melihat Bimo yang dulunya “anak polos” yang rapi kini sudah tumbuh menjadi mahasiswa dengan penampilan yang slenge’an. “waduh-waduh emang mahasiswa beneran sekarang ya bim, penampilannya kelihatan.” Ungkapnya dengan ekspresi tertawa.

Budhe Yasmin pun juga heran kepada rambut Bimo yang gondrong, padahal sebelumnya ia tidak pernah melihat Bimo berambut gondrong. “Kalau mahasiswa itu harus gondrong ya bim? Mbok cukuro lah Bim,” Tanya Budhe Yasmin kepada Bimo. “Iya itu budhe, Bimo susah disuruh cukur, padahal kan kalau cukur rapi lebih ganteng,” Celutuk Ibu Bimo seakan mengamini permintaan Budhe Yasmin yang menyuruhnya untuk potong rambut. “Hehe enggak harus budhe, tergantung pribadi masing-masing aja sih budhe. Kalau saya lebih nyaman berpenampilan apa adanya seperti ini,” Jawab Bimo dengan santai. “kayak anak perempuan aja kamu bim, pake rok sekalian.” Ungkap Budhe Yasmin sambil tertawa mendengar jawaban dari Bimo.

Bimo pun tak mau kalah. Mendengar perkataan dari Budhe Yasmin yang terkesan “tidak senang” dengan orang berambut gondrong, sifat kekritisannya sebagai mahasiswa muncul secara alami. “Hehe mohon maaf sebelumnya Budhe. Begini, kan gaada salahnya juga saya gondrong budhe. Gak berpengaruh juga kepada lingkungan sekitar saya. Menurut buku-buku yang saya baca, banyak kok Nabi yang berambut gondrong. Bahkan Nabi Isa dan Nabi Muhammad juga diceritakan memiliki rambut panjang. Kalau saya disuruh memakai rok, berarti Nabi-nabi kita dulu memakai rok juga ya budhe? hehe,” Jawab Bimo dengan polosnya.

Budhe Yasmin pun diam mendengar jawaban dari Bimo. Ia kemudian mengamini perkataan dari Bimo. “Hahaha iya bener juga kamu Bim, maafkan budhe ya. Mahasiswa emang pinter kalau disuruh ngeles. Yauda sana berangkato kamu. Hati-hati di jalan,” Ungkap Budhe Yasmin dengan tertawa. “Iya budhe, yang penting piss! yaa budhe hehe. Saya berangkat Assalamualaikum,” Jawab Bimo. “Walaikumsalam.” Tambah Ibu Bimo dan Budhe Yasmin. Akhirnya Bimo pun berangkat ke kampus dengan hati senang membawa rambut gondrong di kepalanya. [Tamat]


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.