Header Ads

OSPEK DAN KENGERIAN DI DALAMNYA



 Dengan sedikit motivasi dari gebetan, akhirnya saya memberanikan diri untuk menulis kegundahan hati yang cukup lama terpendam. Namun sebelum saya terlalu jauh menulis tentang keresahan diri ini, ijinkan saya mengucapkan permohonan maaf kepada semua pihak yang disebut di dalam tulisan ini. Karena saya sadar, kebenaran hanya ada di langit dan manusia memiliki banyak kekhilafan. Tapi kalau kesempurnaan cinta pasti milik Rizky Febrian. “Berdua bersamamu, mengajarkanku apa artinya kenyamanan, ketertiban, kesewenang-wenangan, ke-ngeri-an,  kesempurnaan Cinta,” asudahlah, intinya saya minta maaf kalau ada kata yang kurang berkenan di hati pembaca, maapkeun.
            Tulisan ini mungkin merupakan salah satu karya saya yang kontroversial. Karena isi yang terkandung di dalamnya masih penuh misteri, entah itu benar ataupun tidak. Yang jelas, saya hanya ingin mengungkapkan apa saja yang saya alami. Sebuah kegelisahan yang nyata melanda mahasiswa hampir gila seperti saya. Ahh, sudahlah. Terimakasih juga kepada beberapa manusia ciptaan Tuhan yang tidak bisa saya sebutkan namanya, yang telah membantu memberikan kritik membangun kepada saya. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.
             Baiklah, kita mulai. Kegundahan yang masih mengganjal di hati saya berawal dari sebuah rapat redaksi anggota magang di organisasi yang saya geluti, kira-kira bulan Oktober tahun lalu. Saat itu saya didapuk oleh kawan-kawan untuk menjadi koordinator dalam tugas magang. Tema yang dipilih pun menarik untuk diangkat ke permukaan. “Perubahan Sistem Pelaksanaan Pengembangan dan Pendidikan Mahasiswa Baru (P2MABA) 2015” di Fakultas tempat saya bernaung dan berteduh. Yang menjadikan isu ini begitu menarik untuk dibahas adalah sikap kontradiktif yang ditunjukkan antara pihak birokrat kampus dengan mahasiswa di dalam menyikapi pelaksanaan P2MABA, khususon mahasiswa yang aktif dalam Organisasi Mahasiswa (Ormawa).
            Perubahan sistem yang dimaksud termaktub dalam Peraturan Dirjen Dikti (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi) No 274/2014 menyebutkan, “yang berwenang dan memimpin ospek adalah dosen, sementara mahasiswa senior menjadi bagian kepanitiaan saja”. Konsep acara sepenuhnya berada di tangan birokrat kampus. Dijelaskan juga di dalam peraturan tersebut bagi mahasiswa yang kedapatan melanggar dapat dikenakan sanksi berupa sanksi akademik. Ngeri.
            Kenyataan yang terjadi menunjukkan pihak birokrat kampus melalui Pembantu Dekan (PD) III  yang  sungkan saya sebutkan namanya mengambil keputusan untuk memberlakukan sistem pelaksanaan P2MABA sesuai dengan peraturan dari Dikti, tanpa melakukan pengkajian dan sosialisasi kepada pihak mahasiswa.     Ditambah PD III juga memutuskan untuk melaksanakan kegiatan ospek ini  lebih awal, hanya berselang satu minggu setelah kegiatan akademik mulai aktif (keterangan : 29 Agustus 2015 ospek dilaksanakan, kegiatan akademik baru dimulai pada 22 Agustus 2015). Biasanya kegiatan ospek dilaksanakan pada bulan Oktober-November pada kalender akademik.
            Hal ini tentu ditanggapi serius oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa (Forma). Forum yang ber-isi-kan ketua-ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan pihak birokrasi mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) secara garis besar menolak peraturan ini. Dengan diberlakukannya peraturan ini praktis menutup ruang gerak mahasiswa senior untuk membentuk karakter maba sesuai dengan konsep yang telah dirancang bersama. Ditambah dengan keputusan PD III yang melaksanakan ospek secara mendadak, membuat Forma tidak siap karena memang baru berkumpul sejak liburan semester. Pada akhirnya Forma memutuskan untuk tidak ikut andil dalam kepanitiaan P2MABA dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak sivitas.
            Saya kemudian sedikit mafhum dengan keputusan yang diambil oleh PD III. Mungkin saja peraturan ini diterapkan agar tidak terjadi perpeloncoan pada saat ospek berlangsung. Juga meminimalisir terjadinya kekerasan yang mungkin saja terjadi. Sungguh tujuan yang mulia, mbois lop!. Mungkin PD III juga bermaksud melindungi “anak-anaknya” dari sanksi akademik yang diberikan apabila masih nekat memimpin P2MABA tanpa pendampingan “bapaknya”. Keputusan PD III yang juga lebih awal menyelenggarakan kegiatan P2MABA menurut saya tidak kalah mulianya, agar kegiatan semacam ospek tidak mengganggu kegiatan akademik (kuliah) dedek-dedek maba. Sekali lagi, Mbois lop sam!.
            Saya juga mafhum dengan keputusan yang diambil Forma. Menurut analisis saya (diluar keputusan PD III yang tergesa-gesa melaksanakan kegiatan P2MABA), pihak mahasiswa juga tidak bisa disalahkan. Mengacu pada sistem baru yang di-copy dari peraturan Dirjen Dikti diatas, mahasiswa senior memang hanya akan menjadi pelaksana di dalam kepanitiaan. Untuk masalah konsep acara disusun oleh pihak sivitas, bukan menjadi urusan mahasiswa. Hal ini tentu bertentangan karena dapat merampas hak mahasiswa sebagai kaum intelektual (pemikir). Apabila mahasiswa tidak dilibatkan dalam perumusan konsep P2MABA, maka bisa dikatakan mahasiswa tidak berbeda dengan tukang yang hanya melaksanakan tugas yang diberikan dari mandornya.
            Sejatinya sistem yang dipakai harus melalui persetujuan antara kedua belah pihak, baik pihak birokrat kampus sebagai pemangku kebijakan maupun mahasiswa sebagai objek yang melaksanakan sistem tersebut. Dengan begitu tidak akan ada perselisihan yang terjadi setelah sistem itu dijalankan. Namun pada akhirnya nasi telah menjadi bubur, P2MABA 2015 tetap dilaksanakan meskipun tanpa ada peran dari mahasiswa senior.
            Dari hasil reportase yang dilakukan oleh kawan-kawan anggota magang Manifest pada saat kegiatan P2MABA berlangsung, didapati beberapa fakta yang cukup mengacengkan, eh maksud saya mencengangkan. Contohnya seperti amburadulnya jadwal kegiatan, panitia yang tidak tahu tugas dan fungsinya, maba yang merokok menggunakan jas almamater saat jam kosong acara, sampai yang paling parah “praktek jahat” Titip Absen (TA) yang dilakukan oleh segelintir maba tidak bertanggung jawab. Serta masih banyak lagi kebobrokan P2MABA 2015, sampai saya malas untuk menulisnya. Tiga kata : Ajor soro mat !. Saya tidak tahu apakah pihak sivitas terutama PD III dan Kepala Sub Bagian Mahasiswa yang juga sungkan saya sebutkan namanya tahu akan kejadian itu. Semoga saja mereka tahu dan tidak berusaha menyembunyikan kejadian yang sangat ngeri itu.
            Dedek-dedek maba yang saya tanyai pun juga mengungkapkan kegelisahan hatinya dengan kegiatan P2MABA. Ada yang mengatakan bosan karena hanya diberikan materi terus-menerus sampai tidak adanya hiburan yang mengisi waktu kosong saat acara. Lantas  pendidikan seperti apa yang ingin didapatkan dari acara semacam ini ? apanya yang mau dikembangkan dari acara se-ngeri ini ? mungkin hanya sertifikat lulus ospek yang nantinya dipakai saat akan mendaftar seminar proposal. Ngeri soro.
            Nah wajar saja bila saya mengatakan P2MABA FTP 2015 adalah sebuah kengerian. Pihak birokrat kampus yang memaksakan kegiatan ospek berjalan tanpa konsep yang jelas dan terkesan menjadikan ospek sebagai formalitas saja. Pihak Forma juga terkesan “sedikit” acuh dengan membiarkan kegiatan yang ngeri itu tetap berlangsung, tanpa ada tindakan nyata untuk merubah keadaan. Segelintir maba apalagi membuat kegiatan ini tambah suram dengan melakukan tindakan-tindakan bodoh seperti TA dan merokok dengan menggunakan jas almamater. Hihh, ngeri soro mat!. Namun yang harus digaris bawahi, “tidak ada asap kalau tidak ada api”. Maba tidak akan menjadi se-ajor itu kalau pihak birokrat dan Forma bisa saling bersinergi dalam melaksanakan kegiatan ospek.
            Jadi, disitulah letak kegundahan hati saya. Melihat dedek-dedek gemesh angkatan 2015 menjadi korban dari pelaksanaan kegiatan yang “serampangan”. Acara yang  dapat saya nilai sebagai sebuah ajang formalitas belaka, tanpa mengambil esensi yang terkandung di dalamnya. Saran saja, mungkin kedepan perlu digalakkan kegiatan diskusi di warung kopi antara pihak birokrat kampus dan mahasiswa agar tidak ada salah paham diantara keduanya. Di Warung Buleck sepertinya tempat yang pas. Tabik !

1 komentar:

  1. The 7 best casinos in Washington state - Dr.MCD
    › games › wptl-s › games › wptl-s The Best casino in 의왕 출장안마 Washington state Best casino in Washington state 창원 출장마사지 Washington state Top 10 파주 출장샵 slot 삼척 출장샵 machines; Best slot 전라북도 출장마사지 games in Washington, DC: Video Poker;

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.